Travelling
Kita janjian kumpul jam 8 pagi tempat ketemunya di masjid kampus UNY
wates. Namun seperti biasa, anak muda jaman sekarang ketika perjanjian jam 8
kumpul, jam setengah 9 kita baru pergi dari rumah. Realitanya, kita berangkat
jam 9 dari maskam UNY Wates ke Bantul.
Perjalanan kira kira satu jam sampailah di puncak becici. Jalanan yang
berliku liku naik turun disekeliling banyak hutan pinus. Sungguh luar diasa
takjubnya ku lihat karunia Tuhan. Kita masuk dengan membayar Rp3500 tiket masuk
sekaligus parkir. Sangat murah bukan? .
Disana kulihat banyak sekali turis Mancanegara yang berlibur disana.
Sayangnya, kita semua tidak ada yang membawa kamera entah dslr/slr. Aku
hanya membawa kamera yi-cam dan kamera Hp. Padahal disana pemandangan sangat
indah luar biasa. Ada hal yang lucu bagiku, saat isnaini mengeluh lapar dam
ingin makan cilok. Dan kita muter muter mencari abang tukang cilok.
Alhamdulilahnya ketemu dan betapa lucunya saat itu karena aku pun tak menyangka
ada abang tukang cilok yang berjualan di puncak gunung. Setelah selesai makan
cilok, kita bergegas naik ke puncak untuk mencari spot foto yang akan kita
gunakan uutuk selfi. Dipuncaknya, kulihat nan luas dataran rendah yang elok dan
cantik. Angin sepoi sepoi membuat hawa nyaman walaupun terik mahatari
menyengat. Pepohonan pinus yang banyak dan rindang membuat suasana sangat nyaman
dan mata ini tak mampu berhenti untuk memandangnya. Kuucapkan takjub dab syukur
atas karunia Tuhan. Kudapati juga spot spot foto yang lucu dan mungkin bisa
dibilang lucu. Nah, spot foto yang unik
adalah spot foto yang membuat kita baper (bawa perasaan) yaitu papan yang
sengaja dipasang dan ditulisi berbagai kata antara lain, Calon mantu idaman,
Kurindu kamu, Dilarang membuang mantan, Susah move on, dll. Sebenernya masih
ada banyak spot foto seperti rumah pohon, rumah bulan, namun berhubung cuaca
panas maka kita memilih untuk berteduh di bawah pohon pinus sambil ngobrol dan
saling memojokkan satu sama lain, ketawa bareng dan bisa di bilang suara kita
sampai ke ujung jurang, layaknya orang gunung kalo berbicara harus keras agar
didengar semua orang.
Sampai saatnya adzan Dhuhur berkumandang,
kita langsung bergegas menuju mushola untuk sholat berjama’ah. Seperti biasa
sholat kali ini diimami oleh Ginanjar. Orang yang jarang berkata dan jarang
untuk mencela, dan jarang tertawa. Namun murah senyum. Dia juga lelaki yang
taat akan ibadah, kagum sekali aku dengannya walaupun tak sedikit juga bulian
yang dihantarkan untuknya. Sesudah sholat Dhuhur, kita bergegas mencari tempat
wisata yang lainnya. Diperjalanan menuju ke Parangtritis, kita berhenti sebentar
untuk makan baso di pinggir jalan. Setelah makan, kita melanjutkan perjalanan.
Sampailah
kita di tempat pembelian tiket masuk parangtritis dengan harga Rp 4000 /orang.
Setelah beli tiket, aku dan ginanjar di
barisan terakhir sedangkan yang lainnya ngebut meninggalkan kita. Hal yang tak
kusangka terjadi, ternyat ban motor ginanjar bocor dan kita dorong motor
bareng. Aku deg degan dan merasa bersalah sama ginanjar karena aku takut ban
motor bocor karena aku lumayan berisi. Kita dorong motor kurang lebih 10 menit
menuju bengkel. Dan teman teman yang lain menyusul ke bengkel. Ini namanya
solidaritas teman.
Komentar
Posting Komentar